Mimpi
Mimpi itu terus selalu ada...........masih tersimpan rapat
dalam hati,sesekali akan kuumbar dengan orang memiki visi yang sama
Masih teringat salah satu mimpiku yang menjadi kenyataan
yakni belajar di luar negeri, menggapai S2 diluar negeri. Sedikit congkak
kusetir bahwa tidak akan mengambil S2 di dalam negeri. Apalagi dengan biaya
sendiri. Walaupun akhirnya sempat pasrah di tahun2 terakhir untuk mengambil S2
dari beasiswa lokal yang ditawarkan kantor dalam negeri. Kini satu setengah tahun
akhirnya hampir kulalui sudah, walaupun dengan sisa langkah yang tertatih,
rindu yang tertahan, senyum orang2 terkasih, dan segudang semangat yang
ditularkan oleh teman dan sahabat2 ku dsini berupaya ku untuk menyelesaikan
studi S2 ini. Terus terang kuakui semangat itu mungkin tidak sebesar lagi saat
mengenyam studi S1, dimana mimpi2 itu masih sangat polosnya tanpa ada campur
masalah internal dan eksternal, semua hanya impian polos mahasiswa anak S1
dalam negeri yang ingin merasakan studi luar negeri.
Yah, Eropa. Teman saya sesama kursus di IELTS yang akhirnya
berkesempatan mendapatkan beasiswa di Australia, pernah menganjurkan untuk mengambil
beasiswa di Eropa. "cobalah kau pikir di Australia ini akan sekitaran ini
saja. Perth, Sydney, Melbourne. Tapi coba kalo ke Eropa, kau akan ada
kesempatan ke negara-negara lain". Me......hanyalah tamatan S1 dalam negeri
dalam kota yang keramaiannya tidak seperti Jkt, tidak akan bakal pernah
menyangka bahwa langkah kaki saya akan membawa ke benua ini. Saat temanku pun
menganjurkan untuk mengambil studi di Eropa. Yang terbayang di benak saya,
hanyalah kota Venice yang ramai dengan gondolanya. Tidak pernah terbayang
negeri belanda dengan khas tulip dan klompennya.
Mimpi.......masih 2 tahun lalu, saat berucap lirih
kusebutkan bahwa 2013 tidak ingin di Indonesia lagi. Berbagai upaya kulakukan
di tahun 2011-2012. Walau sebenarnya perolehan saya melebihi target. Awalnya
mencoba di ADS, dan akhirnya dapat beasiswa dari kantor ke Belanda. Saya
percaya bahwa Allah lah yang paling turut campur tangan dalam takdir saya.
Sekarang, 1,5 tahun sdh kulalui. Di saat teman2 ada yang
sudah melalui sidang dan tengah mempersiapkan sidang. Diantaranya bahkan sudah
ada mungkin yang packing barang, belanja ole2, mempersiapkan tur perjalanan utk
menikmati hari2 terakhir di benua ini. Sementara saya harus mempersiapkan diri
untuk memasuki kelas lagi. Sedih memang, kalo menyadari bahwa hanya saya yang
extend di studi ini untuk sebulan (semoga hanya sebulan) Berkali2 ujian
mengulang juga tidak membawa saya ke nilai yang diharapkan. Kecewa, iyah. Tapi
tidak membuat saya stress (padahal asumsi teman2, bahkan mentor sy klo sy sdh stres).
Saya tahu ini hanyalah sebuah konsekuensi dari keputusan dan tindakan saya.
Keputusan saya yang sejak awal berangkat dan melanjutkan studi disini dengan
pengetahuan bahasa (yang agak terbatas menurut saya) serta tindakan saya yang
mungkin belum sesuai dan belum terlalu maksimal untuk belajar (untuk ini, saya
minta maaf kepada teman2, keluarga dan mentor yang telah mempercayai seutuhnya,
saya belum mampu untuk memenuhi keinginan kalian). But, this is me. I'm not you
and you're not me. This is my way, and this is my consequences.
Mimpi itu,.........inilah yang kulalui. Tidak mudah juga
tidak simpel sekali. Hanyalah berharap bahwa akan ada suatu saat bahwa saya
akan kembali disisi kalian dengan diri saya yang lebih dewasa dan (mungkin)
saja yang sudah ditempah disini (entah klo berkhasiat ato tidak). Tapi mimpi
saya untuk saat ini hanyalah berkumpul dengan kalian. Orang-orang yang terkasih
dalam hidupku, yang tidak sempat aku berikan bukti cintaku seutuhnya saat ku
disamping kalian.
Mimpi ini, sisa beberapa langkah lagi. Bersabarlah
sayang.....
Dan mimpi itu....saat disini kususun lagi, kusatukan lagi,
kubangun lagi mimpi yang baru. Seperti remahan puzzle yang terserak. Kukumpul
dan kurangkum indah dalam benakku. Pernah kah kau ingat bahwa aku ingin
memiliki library pribadi? Dimana orang orang akan merasa cozy dengan
suasananya. Saya bermimpi untuk memberi manfaat kepada orang banyak walau hati
ini tidak kurang dari rasa egois. Saya bermimpi untuk membagi mimpi dengan
orang orang yang berfikir bahwa mimpi itu hanyalah sekedar mimpi. Saya bermimpi
bahwa akan ada suatu saat dimana kita akan berorientasi kepada kehidupan yang
nyaman, dan bukannya kehidupan yang berorientasi material. Saya bermimpi bahwa
suatu saat orang orang memiliki usia hidup yang panjang, bukan untuk
menyusahkan orang orang disekitarnya tapi untuk berbagi pengalaman hidupnya
yang sangat indah dan membagikan semangatnya. Saya bermimpi bahwa kelak, hal
itu akan jadi kenyataan.
A nice warmth sunday in Delft
-Thanks for the hug and love-